More Goodies @ NackVision M@jeli$ sOCrates: Kita & Dogmatisme : Benarkah Nabi Bodoh ? <body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7640796665781499127\x26blogName\x3dM@jeli$+sOCrates\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://majelissocrates.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://majelissocrates.blogspot.com/\x26vt\x3d-8202504170161411585', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Kamis, 19 Juni 2008

Kita & Dogmatisme : Benarkah Nabi Bodoh ?

Oleh : A_dhie

Nabi Muhammad SAW adalah sosok pemimpin yang disegani oleh kawan maupun lawan, kharismatik yang terpancar dalam diri beliau menjadikan Islam menembus kesegala penjuru dunia, namun betapa hinanya kita ketika menganggap bahwa beliau memiliki sifat 'Ummi (tidak bisa baca dan tulis), pemhaman ini justeru telah mendarah daging dalam suatu komunitas yang nota bene nya muslim dan sebagai umatnya. Asumsi ini kita dapati sejak kita kecil dan mungkin hingga sekarang ini, secara tidak langsung kita telah menganggap nabi kita bodoh, coba kita telaah dengan jernih bagaimana persepsi kita ketika ada seorang yang tidak bisa "baca tulis"? dan sudah lumrah dalam masyarakat sosial mengkalim bahwa orang tersebut termasuk dalam kategori "bodoh".

Setelah penulis melakukan suatu analisis SWOT tentang problematika ini, secara mayaoritas mereka berasumsi bahwa Nabi dikatakan Ummi karena dikhawatirkan Kitab Suci Al-Qur'an adalah hasil karya beliau, sehingga untuk menjaga keabsolutan Al-qur'an maka Allah menjadikan nabi ini seorang yang Ummi (tidak bisa baca tulis), dan konon katanya dalam keadaan tidak bisa baca tulis itu Nabi menerangkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah lewat A1-Qur'an menggunakan sebuah Intuisi yang dimlikinya (Ilmu Laduni), namun betapa pun tidak Nabi kita akan menjadi bahan cercaan orang, sehingga lunturlah kharismatik yang beliau miliki. Kalau memang benar beliau itu `Ummi maka akan terjadi suatu kontradiksi dengan ajaran Islam yang beliau berikan kepada ummatnya lewat ayat-ayat Al-Qur'an dan Al-hadits yang mana banyak memerintahkan kita untuk selalu berfikir dan membaca, begitupun sifat "fatonah" (cerdas) yang dimiliki nabi hanya sebatas wacana belaka, lantas bagaimana nabi memimpin umatnya? apalagi kita ketahui bersama bahwa ayat Al-Qur'an yang pertama diturunkan adalah " Al-`Alaq " yang memerintahkan kita untuk membaca. Baik memabaca ayat-ayat suci al-Qur'an maupun ayat-ayat kauniyyah yang memunculkan suatu persepsi bahwa dengan adanya ciptaan yang Maha Dahsyat maka akan memunculkan suatu asumsi adanya Dzat yang Maha Dahsyat yang menciptakannya yaitu Allah SWT. Berkaitan dengan hal ini kita hares cermat dalam menelaah segala informasi yang kita peroleh dengan menggunakan potensi akal Fikir dan Qalbu yang Allah Anugrahkan sebagai bentuk rasa syukur kita terhadap segala nikmat yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada kita.
Penulis pun pernah memiliki suatu asumsi seperti itu, namun setelah menganalisis lafadz ... Ummi" yang tersurat dalam AI-Qur'an, ternyata makna yang terpendam dalam lafadz "Ummi" tidak sesempit yang kita fikirkan. Dalam Q.S.Al-A'raf ; 157-158, Q.S. Ali Imran ;20 & 75, Q.S.Al­Maidah ; 27, Q.S. Al-An'am ; 151. lafadz Ummi ini berbentuk lafadz "Ummiyyun" yang menunjukan makna Orang-orang Arab yang belum memperoleh Al-Kitab, adapula yang menafsirkan bahwa kata Ummi yang melekat pada diri Nabi ini menunjukan makna keibu-ibuan, yang mana seorang Ibu ini adalah sosok orang yang menyayangi anaknya setulus hati, begitupun sifat yang melekat pada diri Nabi sebagai Pemimpin, beliau teramat menyayangi umatnya, hingga pada saat beliau menghembuskan nafas terakhir beliau berkata "Ummati...Ummati...", sosok kepemimpinan beliau yang mesti kita jadikan sebagai surf tauladan yang baik. Dan jangan sampai kita nodai dengan suatu asumsi yang hanya membuat kharismatik yang beliau miliki menjadi pudar dimata kawan maupun lawan.
Argumentasi lain bahwa Nabi kita pernah menulis surat ajakan untuk menganut Islam yang ditujukan kepada Raja - Raja yang belum masuk islam, namun penulis lebih sepakat bahwa penafsiran Ummi ini ketika diinterpretasikan sebagai orang yang tidak bisa baca tulis itu lebih pada suatu issu publik, demi menjaga keabsolutan Al-Qur'an, namun dalam ayat Al-Qur'an pernah menyiratkan pernyataan bahwa tidak ada seorang penyairpun yang mampu menulis sebuah syair yang menandingi bahasa Al-Qur'an yang begitu indah dan menakjubkan meskipun kuantitasnya hanya satu ayat. Ini menjadikan suatu indikator bahwa Al-qur'an bukanlah hasil karya Nabi apalagi hasil karya penyair. Dogma yang telah lama mengendap dalam diri kita, coba kita dekontruksi dengan suatu pemahaman bahwa sifat Ummi yang melekat pada beliau difahami sebagai bentuk kasih sayang yang tulus dari beliau kepada ummatnya. Disinilah latak kesalahan berfikir kita karena proses berfikir yang berhenti pada tahapan memori saja, tanpa menelaahnya. Sebagaimana yang sexing penulis gembar gemborkan bahwa secara mayaoritas kita hanya menelan mentah-mentah (Taklid) atas segala pemahaman tanpa ada suatu keberanian untuk mengkritisinya