Melacak Akar Epistemologi
Oleh : A_dHie
Berfikir merupakan perbedaan yang prinsipil antara manusia dengan hewan, eksistensi fungsionalisasi akal dapat meningkatkan derajat dan status keberadaan manusia dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa kegiatan berfikir merupakan proses mensyukuri nikmat Allah, konsekwensi logisnya berfikir merupakan sesuatu yang bernilai ibadah, apalagi jelas dikatakan dalam Q.S.Al-Alaq ayat 1-5 bahwa esensi dari ayat tersebut kita diperintahkan untuk memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Kemudian dalam ayat selanjutnya Allah mengecam orang-orang yang merasa establis(mapan/cukup) dengan ilmu yang diperolehnya dan orangorang yang taklid karena secara tidak langsung is sudah mengingkari potensi nalar yang dikaruniakan Allah SWT) untuk mengkaji ayat-ayat kauniyah dan qur'aniyyah. Keistimewaan Al-qur'an bukan hanya menyerukan untuk berfikir akan tetapi Al-qur'anpun menjelaskan metodologis serta teknis penggunaan akal.
Penulis menganalisis bahwa kita sering terjebak dalam keterkungkungan rasa takut yang teramat, maka secara alamiah pola pikir kita akan didominasi oleh rasa takut, dan akhirnya ide-ide hanya mengendap dan berkecambuk dalam diri kita. Apakah anda merasa tentram ketika dalam pikiran anda bermunculan berbagai pertanyaan-pertanyaan sedangkan anda tidak mampu menguasai diri anda dan tidak ada sedikit keberanianpun untuk mengungkapkannya? Lantas bagaimana kita dapat merubah paradigma berfikir kita menjadi kritis? Hidup ini tidak lain hanyalah sebuah pilihan-pilihan, apakah kita akan terus menerus terkungkung dalam ketakutan ataukah kita akan bangkit melawannya?
Diri kita tak lain hanyalah perpaduan antara wujud jasmani dan rohani. Kita tidak mungkin memahami pikiran seseorang kalau tidak diwujudkan dalam bentuk ucapan, tulisan dan isyarat. Isyarat merupakan perkataan yang dipadatkan. Pikiran dan perkataan merupakan sesuatu yang identik, tidak berbeda sate sama lainnya. Pikiran adalah perkataan dan perkataan adalah pikiran. Angan-angan, khayalan, adalah pikiran yang berkecambuk dalam dada dan kepalo. kita tidak lain hanyalah bisikan-bisikan kata yang amat lembut. Dan pengetahuan kita pun tidak lain hanyalah informasi-informasi proposisiproposisi (susunan kata yang memuat pemikiran). Dalam aktivitas berfikir kita selalu membandingkan, menganalisis, serta menghubungkan proposisi-proposisi yang satu dengan yang lainnya.
Sistem berfikir dalam probabilitas (Kebenaran sementara) penulis adalah berproses dari tahapan Session (hal-hal yang terjadi) -o Persepsi (hal-hal yang ditangkap/diperoleh) -Memory(pesan yang disimpan) -- Proses Berfikir. Dan itulah yang seharusnya menjadi pola pikir seorang mahasiswa. karena bagaimanapun ketika kita hanya berhenti pada tahapan memory, maka kita tak ada bedanya dengan masyarakat awam. Dan informasi yang kita peroleh hanya sebatas pengetahuan b„ kanlah ilmu. Perlu difahami bahwa pengetahun dan ilmu itu memiliki perbedaan yang fundament. Pengetahuan(Knowledge) adalah hasil dari aktivitas mengetahui (menagkap sesuatu tanpa ada keraguan), sedangkan ilmu (Science) menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa yang dituntut oleh pengetahuan. Contoh kongkrit ; Si Buyung mengetahui bahwa pelampung kailnya (gabus)selalu terapung di air, is akan membantah jika dikatakan bahwa pelampung (gabusnya) tenggelam di air. Ini merupakan pengetahuan (Knowledge). Namun, ketika Buyung mengetahui hukum kausalitas (sebab akibat) dari kejadian tersebut dengan mengatakan bahwa berat jenis pelampung lebih kecil daripada berat jenis air, sehingga pelampungnya selalu terapung. Maka hal itu merupakan suatu ilmu (Science) baginya.
Untuk kesekian kalinya penulis mengungkapkan bahwa hidup ini adalah pilihan (diam atau bergerak). Kapan kita akan mulai merintis daya kritis kita,apakah kita akan membiarkan ketakutan menggerogoti mental kita.penulis teringat dengan analisis para ilmuwan tentang ketakutan; "Semakin besar ketakutan = semakin sedikit ide diutarakan = semakin sedikit ide didapatkan = semaldn besar ketakutan", ketakutan ini layaknya lingkaran tak berujung yang hanya akan menghantarkan kita pada keterpurukan intelektual,emosional dan spiritual. Dan secara tidak langsung kita telah mengkufuri nikmat yang telah dikaruniakan Allah SWT. Semoga kita tidak termasuk kepada orang-orang yang mengkufiri Nikmat-Nya.
Wallahu A’Lam Bissawaab...
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home