More Goodies @ NackVision M@jeli$ sOCrates: Membongkar Nalar Intelektual <body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7640796665781499127\x26blogName\x3dM@jeli$+sOCrates\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://majelissocrates.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://majelissocrates.blogspot.com/\x26vt\x3d-8202504170161411585', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>
Kamis, 19 Juni 2008

Membongkar Nalar Intelektual


Oleh : a_dHie

"Cogito Ergo Sum " (Aku ada karena aku berfikir) suatu ungkapan Filosuf ulung Renedescartes yang sudah tidak asing lagi kita kenal tentang eksistensi kita sebagai Hayawanun Nathiq. Karena bagaimana pun juga peranan berfikir sangat kental dengan aktivitas kita sehari-hari, konsekwensi kita sebagai mahluk hidup tidak akan luput dengan yang namanya "masalah", dengan masalah kita akan dihantarkan pada kedewasaan, dengan masalah pula kita akan dihantarkan pada keterpurukan, semuanya akan kembali kepada bagaimana kita mampu membuat suatu managemen konflik. Dan tentunya semua itu tidak lepas dari proses berfikir. Dan peranan ilmu logika (Ilmu Mantiq) akan memberikan sumbangsih dalam pencapaian proses berfikir bijak.
Berfikir tektualitas (Normativitas) dan kontekstualitas (Historisitas) merupakan metodologis berfikir secara global dalam memahami suatu objek fakir. Keduanya memiliki sifat yang saling bertentangan,Tekstualitas akan menciptakan budaya taklid sedangkan Kontekstualitas akan menciptakan budaya rasionalism. Namun bila kita mampu menggabungkannya, maka kita telah melakukan proses berfikir bijak, dan itulah yang semestinya menjadi suatu paradigma berfikir seorang mahasiswa khususnya mahasiswa STAT yang sedang gencar digalakan budaya taklid oleh suatu komunitas secara "Under Gruound", yang hanya menjadikan paradigma berfikir kita stagnan, karena kita hanya dituntut untuk menelan mentah-mentah segala pengetahuan yang kita terima tanpa menelaahnya, dengan berfikir bijak kita akan mampu menjauhkan budaya berfikir rasionalisme yang hanya mengedepankan akal semata tanpa merujuk pada sebuah pedoman hidup (Al-Qur'an) yang bersifat Axioma & fundament.
Berfikir bijak akan menciptakan suatu hubungan mesra antara mahasiswa dengan kajian yang bersifat ilmiah secara empiric bukan hanya sekedar teoritis. Yang hanya mematahkan lawannya dengan suatu konsep dalil syara' (kesepakatan ulama) ataupun ayat qathi' yang notabene nya hanya menghegemoni pemikiran kita untuk menelannya secara mentah-mentah dan perlahan-lahan budaya taklid akan tercipta kembali.
Untuk memahami lebih jauh paradigma berfikir, penulis menyelipkan suatu kutipan dari buku `Ilmu Mantiq" tentang Mazahab berfikir
1. Empiricsm (Mazhab Tajribi) ; pengetahuan yang berdasasrkan pada potensi indra lahir semata dalam menelaah objek fakir( Pengetahuan Indra)
2. Rasionalism (madzhab Aqli) ; pengetahaun yang didasarkan pada penggunaan potensi akal semata dalam memahami, meangkaji,menetapkan dan menelaah objek fikir (Pengetahuan Rasional).
3. Cristism (Mazhab nagdhi) ; gabungan antara Empiricsm dan Rasionalism.
4. Mysticism (Mazhab Shufy) ; pemikiran yang didasarkan pada penggunaan potensi nurani dan intuisi (Pengetahuan mistik).
Untuk mengantisipasi dan menghindari Kesalahan berfikir penulis mengutip sebab-sebab itu dalam buku Mantiq
a. Menganggap mudah dalam mengajukan proposisi, tidak teliti dan hati-hati.
b. Membangga-banggakan kemampuan berfikir dan pendapat dirinya sendiri.
c. Mengikuti kecenderungan hawa nafsu.
Penulis menganalisis ke-3 penyebab ini kerap kali muncul dalam frame of thinking mahasiswa, dengan "Truth Of Claim" yang menjadi senjata ampuh dalam mematahkan lawan diskusi.
Dan jauh dari nilai - nilai berfikir bijak, Penulis mendeskripsikan berfikir bijak dengan skema: Session, Persepsi --Memori-Proses berfikir
Dengan skema seperti ini kita akan mampu mengolah dan menganalisis segala informasi keilmuan yang diperoleh, bukan hanya sebatas menerima suatu pendapat yang hanya bersifat relatif. Dan perlu diketahui Ayat Al-qur'an itu bersifat Mutlaq, akan tetapi dalam tataran penafsiran hanya bersifat relatif. Itu hanya sebuah proses ijtihad yang dilakukan ulama, dengan segala keterbatasan yang dimilikmya, sehingga mereka sering mengakhiri suatu pendapatnya dengan "Wallahu 'Alam Bishowab" karena mereka tidak pernah menganggap pendapatnya yang paling benar, dan memberikan peluang kepada kita untuk menelaahnya bukan hanya sebatas menerima tanpa proses analisis.